なにがあっても、あきらめないで

in

Sebuah obrolan absurd dengan teman

“kamu punya bakat menawan yang mampu menawan hati para gadis.”

Tapi apa hatimu akan tertawan? Aku sendiri tak yakin, tiap ketukan jariku di keyboard ini bisa mengetuk sedikit pintu hatimu untuk terbuka dan kusinggahi?

“Heeey, haduh! aku terpana.”

Bohong.

“Entah kenapa aku kurang bisa memainkan kata-kata sepertimu.”

Tak perlu dimainkan, yang penting bisa memaknai maksudnya.

“Aku jadi mellow banget. Ada yang membuatku nyaman di antara anyaman hatiku yang kian melemah. Seharian ini hatiku berlubang.”

Kok bisa berlubang? siapa yang menggalinya?

“Mereka tidak menggalinya. Hanya sekedar tentang plester di hati. Mereka membuka plester itu tapi mungkin lupa untuk menutupnya dengan yang baru.
Mungkin Aku harus menanganinya sendiri.”

Bolehkah aku membantu menambal lubang-lubang itu.. atau sekalian aku mengisinya dengan hatiku? Tak susah rasanya bila aku mengisi lubang-lubang di hatimu dengan serpihan-serpihan hatiku yang sudah lama remuk ini..

“Hatiku hanya parasit, kuman yang akan mengikis bagian hatimu menjadi tak utuh.”

Aku tak peduli jika hatiku tak utuh atau hilang sekalipun..
Bahkan aku lebih senang jika sekalian saja menyatu dengan hatimu..

“Mereka dulu menawarkan untuk menjahit hatiku dan aku lupa bahwa akhirnya pun mereka harus menusukkan jarum ke hatiku. Terobati dengan sakit.”

Aku mungkin tak bisa janji bahwa hatimu akan kembali seperti dulu. Tapi aku selalu memastikan bahwa hatiku yang telah menyatu dengan hatimu akan selalu baik-baik saja.
Biarkan aku yang tanpa hati. Toh, aku sudah tak merasakan sakit. Mati rasa.

“Jika kamu tanpa hati, lalu bagaimana dengan caraku untuk hidup?”

Caramu hidup? kita bisa berbagi hati. Saling mendukung satu sama lain.

“Dulu, aku menemukan inang yang kuat, yang mampu kuhinggapi dan serapi. Namun, waktu membuat inang itu terlalu kuat untuk kualihkan.”

Aku tahu itu, aku hanya tak bisa seenaknya memindahkanmu dari inang itu. Bagaimana jika kucabut lalu akarmu masih tertancap di sana. bagaimana bisa kamu hidup tanpa akar?

“Mungkin sebentar lagi waktu akan mengisahkan padamu, layunya hatiku ketika tetap mencoba menjerat inang yang terlalu kuat itu. Terlalu dingin untuk akar hatiku yang berserabut lemah.”

Kalau begitu biarkan aku mendekatimu. Membiarkan rantingmu tumbuh menjalar padaku lalu menancapkan akar di hatiku. Kemudian kamu bebas melepaskan diri dari inang itu.

“Ah, aku hanya  rumput kecil yang ingin menjadi sebatang pohon untukmu.”

Tetaplah kecil dan aku akan menjadi pohon untukmu, melindungimu dari panas dan hujan, atau aku cukup menjadi rumput kecil juga, yang tumbuh disebelahmu. Tak banyak hal yang bisa kulakukan, mungkin aku hanya akan selalu ada di sampingmu. Tak pernah pergi darimu.

“Aku memilih rebah pada waktu, jika akhirnya tersungkur jauh. Menjadi pecundang di mata sang inang.”

Ah, aku membenci waktu.. yang tanpa sadar memaksaku berpisah jauh dari masa lalu, tapi bisa saja kuhabiskan waktuku dengan menunggumu.

“Waktu terkadang jahat. Tapi ia bijak, menyembuhkan tanpa kita pinta.”

Waktu juga menemukan kita tak pernah berjumpa sebelumnya.

“Biar waktu menjadi kalsium, yang menyuburkan sel hati, dan mengisi lagi lubang-lubang hati tanpa perlu jarum yang menusuk untuk memperbaikinya. Atau plester yang perlu diganti untuk menyembuhkannya.”

Iya biar saja hatimu sembuh dengan sendirinya. Lalu simpan dan pakailah hatiku. Jika kemudian hari rusak tak apa. Aku akan selalu membuatmu lebih hijau segar dan akan tetap memesona.

“Jadilah klorofil agar aku tetap hijau walau aku kecil.
Aku memikirkan sayuran sekarang. Sayuran yang terus memperbaiki diri, menghijaukan diri dan rela terenggut manfaatnya oleh manusia. Tanpa beribu bahasa.”

Sepertinya aku akan menjadi sagitarian… eh apa yang namanya pemakan sayuran? herbivore bukan-bukan istilah kerennya..Ah iya vegetarian. Ah sampai lupa..

“Mungkin lelahmu memuncak seiring tongkat waktu yang kian meninggi, Istirahatlah biar kamu tetap hijau.”

Hahahah. Mungkin saja. Jemari ini semakin tak senada dengan pikiran.

“Sudah tidur sekarang. Entar mimpi bikin kebun bunga dan sayuran ya.”

Hahaha. mari kita bercocok tanam berdua. []

======
* Diambil dari sebuah sesi obrolan dengan seseorang. dan diubah seperlunya.
**gambar dari pixabay


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *