Beberapa hari ini kita dikejutkan beberapa berita menarik, mulai dari hebohnya kecelakaan yang dialami Dul, anak betawi asli dari Ahmad Dhani yang menewaskan 6 orang, sampai dengan berita kocak sekaligus miris, dari seorang bernama Vicky Prasetya, yang konon tunangannya Zaskia Gothic. Nah ini yang menarik, karena sempet bingung di TL muncul kata-kata yang lebih aneh dari pada ciyus miapah, mulai kata ‘kontroversi hati’, ‘harmonisasi’, ‘mempertakut’ dan ‘statusisasi’ Oke. cukup. nanti mules. selebihnya cari saja video di youtube aja dengan kata kunci “wawancara kocak zaskia gothic vicky prasetya” atau lihat di thread kaskus beserta tafsirnya di sini dan bonus kampanyenya.
Oke, saya tidak akan membahas lebih dalam siapa itu vicky, yang katanya mirip brad pitt, padahal lebih mirip armpit. :ngakaks yang saya bahas cara dia berkomunikasi aja, lah sama aja nyet. Seperti yang kita tau, bahasa itu alat komunikasi, dan bahasa itu bersifat arbitrary, alias ‘seenaknya sendiri’. seperti kata (baju) ‘kemeja’ tidak ada hubungannya dengan kata ‘meja’ ataupun ‘ke’ atau contoh lain, dalam bahasa indonesia kalian bilang ‘aku suka kamu,’ sementara dalam bahasa Jepang ‘boku wa anata ga suki des’ yang jika diterjemahkan secara harfiah adalah ‘aku kamu suka’ yup, struktur kalimat di Jepang adalah ‘Subjek-objek-predikat’. ‘Seenaknya sendiri,’ bukan?
Tapi meskipun ‘seenaknya sendiri’ syarat terpenting bahasa sebagai komunikasi tentu saja adalah kesepakatan orang yang saling berkomunikasi, yang artinya dua orang/lebih tersebut tau apa yang dimaksud/katakan. Nah inilah yang salah dengan Vicky, dia gagal membuat orang yang dia ajak berkomunikasi paham apa yang dia maksud. Dia dengan bangga menggunakan bahasa yang menurut dia intelek tanpa ada keinginan membuat orang lain mengerti maksudnya. Sampe-sampe di Infotainment coba mewawancarai artis lain untuk menerjemahkan maksud perkataannya. Dan muncullah twit kocak ini:
Pakar dari berbagai bidang udah ikutan membahas Vicky. Yang sakit itu Vicky atau kita sih?
— Jokefisien (@jokefisien) September 12, 2013
Sejujurnya, saya adalah orang yang sok gaya juga. Buktinya saya membahas hal kroco gini dengan sok serius. hahaha. Tapi setidaknya kan, saya menyertakan link dan contoh agar lebih mudah dimengerti. Dan cukuplah bahas tentang Vicky, saya mau cerita tentang saya sendiri, biar ada korelasi dengan judul. apa hubungannya harmonisasi dengan seng. biarin aja, kan arbitrary ;)
Seperti yang kalian tau, saya adalah orang Jawa-Suroboyo asli, yang mana, basically, logat saya medok, dan entah kenapa, meskipun saya orang yang menjunjung tinggi bahasa Indonesia dengan Ejaan yang disempurnakan, saya kesukaran kesulitan mengucapkan bahasa Indonesia. Apalagi kalau yang biasanya ngomong suroboyoan, akan terdengar aneh kalau ngomong bahasa Indonesia, ditambah lagi dengan gaya orang Jakartans. Gak cuman saya sih, teman-teman yang saya kenal juga begitu. Makanya, biasanya waktu nerima telpon dari klayen atau kastamer, dan ada yang ngomong pake bahasa Indonesia ala Jakartans, pasti sayup-sayup terdengar, ‘wiiik, kupingku keri (gatel dengernya)’ atau ada yang nyahutin ‘omong seng!’ atau bisa diartikan ‘ngomong apaansih lo.’ Karena perasaan guilty geli itu lah, saya suka meminimalisir penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan. Makanya biasanya, kalau lagi ngomong sama orang yang ngerti Suroboyoan (udah lama tinggal di sini) tapi gak bisa suroboyoan, saya biasa campur-campur, meskipun yang saya ajak ngomong pake bahasa Indonesia, saya tetep pake bahasa Jawa, selama dia masih ngerti. Lah buat apa pake bahasa tingkat dewa kalau yang diajak ngomong gak ngerti? gak ada bedanya sama cacing yang ngobrol sama kecoak, gak bakal konek.
Nah, ngomong-ngomong soal sok bahasa dewa, saya pernah kok, waktu sama temen kuliah, yang kebanyakan bukan orang asli Jawa atau gak ngomong bahasa Jawa, di suatu ketika, saya nyuruh temen untuk beresin sesuatu, terus saya bilang ‘Eh, iku ndang diringkesi’ tentu saja temen saya merespon dengan “HAH?” karena bingung tapi pastinya saya gak akan sok bahasa Inggris dengan bilang “please, clean and make them tidied” karena saya lupa bahasa Indonesianya ‘diringkesi’ saya tanpa malu bertanya ke temen yang lain, ‘eh bahasa Indonesianya diringkesi apa sih?’ dan setelah tau saya ulangi lagi ‘Eh itu buruan diberesin.’ See? nothing’s wrong with that, isn’t it? Why we should dragging our self to hell of ashamed by speaking high level language, when no one understand, and even worst your words was wrongly messed. hahaha. iye iye saya juga sok-sok jadinya. nih maksudnya, lihat! gak ada yang salah dengan itu kan? kenapa kita mempermalukan diri kita sendiri dengan sok-sok ngomong bahasa dewa, dan gak ada yang ngerti maksudnya, dan lebih buruk lagi, ngawur pula ngomongnya.
Tapi ya, akhir-akhir ini saya mulai lebih banyak ngomong bahasa Indonesia, ya siapa lagi kalau bukan karena Ratih. Beginilah risiko berhubungan dengan cewek beda daerah. hehehe. Kadang-kadang sih waktu kami telponan saya suka nyelip bahasa Jawa, ya mau gimana lagi, settingannya gitu sih. :hammer: Udah ah gitu aja. Tar dibilang ‘Omong seng!’ :ngakaks
Leave a Reply