Kita adalah hipokrit. Tidak ada sangkalan untuk itu.
Salah satu hal yang kubenci dari keberadaan media sosialnya adalah, timbulnya rasa iri dengki ketika ada orang yang mengumbar kebahagiaan mereka di lini masa. Tidak benci orangnya, tapi perasaan iri tersebut. Meski kadang ya benci orangnya juga. hhha.
Sebagai tempat pamer, untungnya Instagram berfitur follow dan following, sehingga kita bisa menentukan mana dan siapa yang ingin kita lihat setiap hari. Tidak semua teman di media sosial lainnya (Facebook misalnya) aku follow balik.
Loh kan silaturahmi? Hell no! Inilah kesalahan fatal para netijen yang mahabenar. Kan masih ada whatapps dan alat komunikasi lainnya? Gampangnya, elu liat TV nih, elu memilih menonton acara tentang kehidupannya Raffi Ahmad, apakah Raffi Ahmad penting banget tahu kehidupan elu juga? Tapi Raffi tidak menutup pintu komunikasi kalau elu ketemu dia, misalnya.
Makanya aku milih-milih banget kalau harus follow orang, dan justru orang yang kukenal atau malah saling kenal, aku harus berpikir berkali-kali untuk follow. Karena bisa saja timbul rasa iri dengki yang lebih dalam, haha. “Wah, dia udah punya rumah aja.” “wah udah punya mobil”, “wah dia udah jadi meteri aja, padahal waktu SD goblok banget dia” dan semacamnya. Mungkin banyak orang yang tidak sadar bahwa,
Semakin kita membandingkan hidup kita dengan orang lain, semakin kita membenci hidup kita sendiri.
Dan aku gak mau itu. hahaha.
Zaman sekarang memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan teman-teman lama, baik itu masa sekolah bahkan TK sekalipun. Tapi kita tidak perlu tahu kehidupan mereka apalagi yang (sebenarnya tidak berniat) dipamerkan. Kalau aku melihat kehidupan ortu kita, karena keterbatasan pengetahuan teknologi, mereka susah terhubung dengan teman-teman lamanya, paling ya temen kerja sama tetangga doang. Dan lihat hidupnya? baik baik aja bukan?
Kadang sih jadinya ada hal lucu ketika pasangan bertanya,
“Eh kabar temenmu yang itu gimana?” dan sering kujawab gak tau. “Lah kan kamu follow IG-nya” dan kujawab, aku suka skip stories orang, mending liatin akun IG ikan cupang wkwk.
Terus apa hubungannya sama judul?
Sampai sini kalian pasti ada yang setuju dengan opiniku di atas. Selain iri dengki, ada hal yang luput dan menimbulkan hipokrit. Semacam antitesa dari opiniku, yaitu ketika ada orang yang tidak lebih beruntung dari kita. Misalnya reaksi kita “yaelah masih bagusan motor gue” atau yang parah adalah berharap orang lain lebih tidak beruntung daripada kita. Seperti misalnya, berharap teman yang cukup sukses tapi suka pamer gak nikah-nikah, wkwk.
Jujur saja pasti pernah berpikir demikian (meski tidak seekstrim contoh di atas) saat menjelajahi lini masa di IG dan medsos lainnya.
Aku juga demikian, kadang tipis banget. Dan itu juga berbahaya bagi kesehatan mental. Makanya harus dikurangi biar tidak jadi psikopat wkwk.
Peace, Love and Gaul
Leave a Reply