Video di atas berasal dari channel punya orang Indonesia, yang suka rebuild/restorasi sepeda jadul. Aku juga suka nonton channel sejenis tapi punya orang luar. Bedanya kalo yang diluar biasanya profesional atau certified (atau minimal kuliah/sekolah teknik). Sedangkan yang Indonesia, memang tukang sepeda biasa yang kebetulan sekarang jamannya yutub jadi bisa kasih lihat cara kerjanya. Yang mana berarti bagus banget.
Keliatan ada kesenjangan ketika ada modifikasi yang melibatkan keamanan. Seperti di video ini yang dikomentari sama bule. Tentu saja yutubernya tidak 100% salah, karena emang belum paham saja dan untungnya ada bule yang berbaik hati menjelaskan itungan geometri sepeda dan hukum fisikanya.
Poinku adalah kita jarang melihat profesi yang “kasar” tapi dilakukan oleh seorang sarjana misalnya. Kita selalu abai dan menganggap rendah beberapa profesi yang kasar. Bahkan kita maunya bayar murah. Hingga pada akhirnya diisi oleh orang yang kurang kompeten. Kurang kompeten yang kumaksud adalah, yang bekerjanya secara asal dan tidak mau belajar. Bahkan aku punya blacklist tukang tambal ban karena kurasa tidak kompeten kalo nambal ban wkwk.
Aku jadi ingat ketika bapakku mengeluh betapa tidak profesionalnya tukang bangunan yang dia pekerjakan. Dan jawabanku adalah, “karena tukang bangunan sekarang ini, yang tidak ikut proyek besar, biasanya ya karena memang penggangguran aja yang ambil pekerjaan tukang bangunan, nggak kayak sampean,” Aku bilang begitu, karena bapakku sendiri memang dulunya tukang bangunan, yang aku tau bahwa dia meski lulusan SMP, tapi cukup banyak belajar tentang pertukangan, bahkan beli alat-alatnya cukup lengkap. Nggak kayak beberapa tahun lalu waktu kantor lamaku ingin renovasi kantor, si tukang yang disewa nggak bawa alat apa-apa, cangkul aja nggak punya. Ngeselin kan? masa kantor IT harus sedia cangkul?
Leave a Reply