Dulu waktu kali pertama nonton film Up (2009), saat aku masih menyandang status jones untuk beberapa tahun kedepan wkwk, aku sedih menonton montase pembuka film itu, khususnya pada bagian ketika ada fakta mereka hidup hanya akan ‘berdua’ saja. Aku membayangkan betapa sedihnya hal seperti itu.
Sepuluh tahun kemudian ada film Klaus (2019) yang salah satu ‘kunci’ ceritanya seperti itu juga. aku menangis. Bukan lagi tentang betapa sedihnya adegan di film, ataupun betapa sedih hal yang kubayangkan. Tapi karena saat menonton film Klaus, Kami masih ‘berdua’. Karena aku bukan lagi tentang aku, ada dia yang menjadikan ‘kami’.
Terkadang kumerasa kalau aku sudah tertinggal jauh dengan yang seumuran, meski kusadar segalanya tidak bisa dipaksakan jika belum saatnya.
but still, it’s so suck.
Tapi setelah membaca potongan naskah film Up! (gara-gara ada yang share di twitter) aku tersadar, meski tampak menyedihkan, hidup kami sebenarnya baik-baik saja. The Ups and Downs never let us drowned in sadness, karena dalam perjalanan hidup kami, halaman cerita kami tidak pernah benar-benar kosong. Akan terus terisi selamanya. Dan semoga di antaranya akan selalu ada kejutan.
amin.
cross heart.
Leave a Reply