Alhamdulillah.
that’s the very first I said while writing about 2019. It became the closing word for that year after I opened at it’s very first day with bismillah. Tahun 2019 adalah tahun yang cukup ajaib. Dibuka dengan keadaan di mana aku yang “menganggur”, kutulis dengan petik karena tidak benar-benar menganggur, lebih tepatnya sedang berada dalam keadaan tidak punya pekerjaan tetap. Ditambah lagi “depresi”, yang sudah lama hilang, tiba-tiba muncul kembali. Kutulis dalam tanda petik karena self-diagnose.
Selain harus menjaga kestabilan mental, kujuga harus menjaga kestabilan pikiran. Pernah nggak sih, kamu berpikir positif, semuanya akan baik-baik saja, kamu pede saja, tapi semesta kadang berkata sebaliknya. Atau, kamu sudah berpikir negatif, lalu kejadian, lalu kamu berguman, tuh kan. Begitulah, semua serba membingungkan. Tapi hidup harus dijalani, karena dirimu bukan dirimu lagi.
Yap. Sejak menikah di tahun 2016, diriku bukan hanya tentang diriku sendiri, tapi pasangan, orang tua pasangan, orang tuaku, dan semua orang di sekelilingku. Sudut pandang introverku memang sudah berubah. Berkat mereka juga aku menjadi kuat. Aku yakin doa-doa yang mereka panjatkan tidak ada yang sia-sia.
Tahun 2019 mengajarkanku pada sebuah kutipan, “kamu tidak pernah tahu seberapa kuat kamu(bersabar), hingga menjadi kuat (bersabar) adalah satu-satunya pilihan yang kamu punya.”
Tentu saja tahun ini tidak semenyedihkan itu, justru sangat berbahagia. Mendekati pertengahan tahun, banyak kabar menyenangkan, terutama fakta aku ada pekerjaan tetap lagi, tidak tanggung-tanggung, aku menjadi calon pengabdi negara.
Semoga di tahun 2020 akan tetap ada kejutan yang menyenangkan dan tetep diberi kekuatan untuk bersabar dalam menghadapi cobaan
Leave a Reply