Hujan tengah malam menutup hari ini, membuka hari baru. Yang tak tahu akan kemana waktu membawaku pergi.
Sebuah cerita telah berakhir hari ini, cerita yang dimulai semenjak bertahun-tahun yang lalu. Tentang saya dan dia. Diawali dengan sejuta pesona dan berakhir dengan cerita tentang rasa yang telah hilang di masing-masing hati.
Lucunya, sebelum saya bertemu dengan dia hari ini, saya mengingat-ingat tentang hari dengan tanggal yang sama dengan hari ini, 17 Mei, tujuh tahun yang lalu, saat dimana saya memintanya sebagai pengisi hati yang masih muda saat itu. Cinta pertama kata orang-orang. Pacar pertama kata teman-teman. Rasa seluas semesta kata saya.
Kemudian, kami bertemu, menceritakan tentang rasa yang menjadi hambar. Dan dia bercerita tentang hatinya yang akan diikat dengan pria lain. Meski saya sudah mengantisipasi hal itu, tetap saja rasanya Zeus iseng melemparkan petirnya ke dada saya. Mendengar kata ‘pernikahan’ membuat saya merasa tercabik-cabik (lebay). Tapi yaaah, seperti yang saya tulis di status Facebook kemarin (entah firasat atau emang kebetulan) “Bagian terindah dari mencintai adalah saat kita rela melepaskan seseorang yang kita cintai dan membiarkan Tuhan menjalankan rencanaNYA.” Jadi biarkan saja Tuhan menjalankan cerita indahnya.
Setelah sesi itu? entahlah minum susu ultra pun jadi hambar. hehehe, dan ada sedikit gerimis dibalik kelopak mata. Mungkin dengan menutup mata, semua bakal berjalan seperti biasa. mungkin. Ah tidur saja kalau begitu.
Leave a Reply