2014 | ID | Starvision Plus | Raditya Dika
Intro
Film Marmut Merah Jambu (MMJ) adalah film ke-5 Raditya Dika, atau ke-4 jika dilihat dari universe buku-bukunya, atau ke-3 jika dilihat dari kontinuitas para pemainnya (khususnya bapak dan ibunya Dika), atau ke–HALAH! malah bahas beginian. Oke lanjut!
MMJ ini adalah kali kedua saya nonton filmnya Dika di bioskop, sejak terakhir nonton KambingJantan. Iya, lama banget. Karena, gimana ya, meskipun tulisannya keren (BTW, tanpa bermaksud sombong, meski cuman pamer, saya koleksi semua bukunya), tapi kalo di depan kamera akting dia kurang greget, makanya setelah KambingJantan saya lebih suka lihat filmnya versi digital di laptop. Karena filmnya meskipun keren tapi nggak memenuhi ekspektasi saya. Mungkin dalam bentuk tulisan keren tapi dalam visualisasi film kurang wah atau malah terkesan klise gitu.
Berawal dari pengalaman sebelumnya, saya memasang ekspektasi rendah, dan sebenernya juga nggak niat nonton di bioskop. Tapi sebagai jomblo yang kesepian dan berhubung ada temen yang bisa diajakin nonton, meski sayangnya temen cowok :nohope , akhir nonton deh MMJ.
Overview
Ternyata eh ternyata, MMJ ini keren dan kocaknya pecah abis. Meski nggak banyak adegan yang memorable tapi tetep komikal. Julian Liberty sebagai Bertus remaja, berhasil menjadi scene-stealer, aktingnya kocak sampe pengen nyetrum pake taser. Christoffer Nelwan sebagai Dika remaja juga nggak kalah, meski dia terlalu tampan buat jadi Dika. hahaha. Di jajaran pemeran cewek, ada Sonya Pandarmawan sebagai Cindy remaja dan Franda sebagai Cindy dewasa. Awalnya sedikit ragu sama mantan member JKT48 ini, tapi ternyata akting Sonya tidak mengecewakan, manis malah dan sayangnya Franda sebagai Cindy Dewasa cuman muncul di scene terakhir :(
Oh iya tak lupa yang paling tjakep Dina Anjani sebagai Ina Mangunkusumo. :wowcantik
Selain pemeran utama, MMJ dipenuhi oleh banyak cameo, mulai dari comic standup dan seleb youtube, meski masing-masing hanya muncul cuman dalam satu scene, cukup menghibur.
Setelah saya pikir-pikir beberapa film sebelumnya yang kurang greget mungkin karena Raditya Dika cuman menyumbang sebagai penulis naskah, sehingga komedinya terkesan kaku, berbeda di MMJ, dia juga didapuk menjadi sutradara dimana dia bisa lebih bebas mengatur film ini, dan dia berhasil.
Yang saya suka
Beberapa adegan yang sangat komikal dan berhasil disampaikan, dan tidak terlampau garing seperti di film sebelumnya.
Adegan para cameo, yang kocak-kocak nggak penting :ngakaks
Adegan Dika ngobrol dengan bapaknya Ina, dan panggilan ke pembantunya. :ngakaks
Kutipan-kutipan khas Dika, yang di sini lebih natural dan nggak maksa. beberapa kutipannya yang kurang lebih saya tangkep.
“Pernah nggak, di suatu keramaian, tiba-tiba lo teringat cinta pertama lo, dan kemudian sadar lo baru aja melewatkan kisah cinta pertama lo hanya karena nggak pernah berani bilang?”
“cinta itu seperti marmut merah jambu yang berlari pada sebuah roda, dia pikir dia udah berlari jauh, padahal dia masih di tempat itu.”
Yang terakhir, pesan yang disampaikan, bahwa kadang cinta pertama itu nggak kemana-mana. Dan orang yang dulunya terlihat keren bisa jadi berubah total di masa sekarang.
Overall
Rating dari saya 8/10
lihat info film ini di filmIndonesia
Leave a Reply