なにがあっても、あきらめないで

in

Black Mirror S03E01: Nosedive

Serial Black Mirror Season 3 ini Mindblowing banget. Serial tipe antologi jadi tiap episode punya cerita sendiri (jadi gak perlu nonton season sebelumnya). Tapi serial ini punya satu tema utama, ‘techno-paranoia’, tentang ketakutkan akan kemajuan teknologi (tidak jauh di masa depan) dan konsekuensinya.
Aku mau ceritain tiap episodenya (sehari sekali, ada 6 episode), Jadi yang nggak mau spoiler gak perlu dibaca hhh.

Episode 1. Nosedive.
Pernah denger ide program Rapor Warga-nya Ridwan Kamil? yang tiap warga Bandung bisa memberikan penilaian terhadap warga lain. Nosedive bercerita tentang ini tapi dengan teknologi yang lebih tentunya. Dimana semua orang bisa memberikan rating ke orang yang ditemuinya dengan nilai 1 sampai 5 bintang melalu ponsel. Semua warga pakai softlens jadi ketika memandang orang lain bisa muncul rating yang diperoleh orang itu. Dengan adanya program ini semua orang diharuskan bertindak ‘sopan’ dan hati-hati bahkan ke pelayan restoran sekalipun. Nyenggol orang lagi jalan aja bisa dapet rating 1 dari orang yg elu senggol. Jadilah suasana perkotaan yang damai dan semua warga saling menyapa dan ramah.

Nah, yang berbahaya adalah ketika rating itu jadi patokan ‘kelas’ seseorang. ‘Kelas’ tidak lagi diukur dengan uang/kekayaan saja. Jadi elu gak bakal bisa beli rumah di kawasan elit kalau ratingmu di bawah 4.5 meski punya duit. Gak boleh masuk gedung tertentu kalau ratingnya di bawah 3. Dan yang lebih parah tidak bisa berobat karena ratingnya rendah.

Hal yang mengerikan kedua adalah, adanya circle (lingkaran) pertemanan, orang-orang yang ratingnya tinggi tentu maunya berkumpul dengan yang rating sama tinggi. Dan yang rendah berusaha mati-matian berteman dengan yg rating tinggi, karena vote ‘5 bintang’ dari orang rating tinggi lebih berharga ketimbang vote dari orang yg ratingnya rendah.

Dari yang aku liat proses perhitungan ratingnya didasari 3 variabel: Anonymity, kepentingan, dan rating pemberi nilai. Anonymity, kita bisa memberi rating secara anonim tapi tentu saja nilainya lebih rendah alias tidak sama dengan rating biasa. Kepentingan yg dimaksud tingkat kepentingan saat memberi rating. Ngasih rating ketika liat orang wajahnya ngeselin tidak terlalu berdampak ketimbang ngasih rating karena orang itu berbuat onar. Seperti sebelumnya, Rating pemberi nilai, karena vote ‘5 bintang’ dari orang rating tinggi lebih berharga ketimbang vote dari orang yg ratingnya rendah.

Level mengerikan berikutnya. Ketika elu tidak bisa menjaga emosi, misalnya terlanjur marah-marah ke pelayan restoran orang-orang sekitar bisa langsung ngasih rating 1. Terlebih lagi kalau dilaporin polisi bisa dapet hukuman pengurangan rating + double damage (rating 1 dikali dua). Seketika itu juga elu gak bisa ngapa-ngapain, ya karena mau naik kendaraan umum ada minimal ratingnya, mau deketin orang juga dijauhin. Lebih mengerikan daripada gunjingan ibu-ibu tukang gosip di kampung. Hahaha.

Tentu saja karena program ini mewajibkan kita untuk bersosialisasi. Orang introvert (sepertiku) ratingnya gak bakalan lebih dari 4 haha.

 


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *