なにがあっても、あきらめないで

in

ah

Setelah lulus SD, saya dengan bangga menunjuk-nunjukan nama SMP saya. walaupun sebenarnya saya bisa saja masuk SMP yang lebih baik, tapi setidaknya tak semua temanku (yang waktu pendaftaran sok yakin masuk, dan saya pesimis,) masuk ke SMP itu. Dan SMP yang saya masuki ini –jelas– Favorit.

Sering saya bertanya pada teman-teman SD itu ‘kamu masuk mana?” dengan nada retoris, seolah-olah saya tak perlu tahu jawaban mereka.

itu sifat jelek saya: Show off! dan selanjutnya sifat jelek saya yang lain mengikuti.

Setelah beberapa minggu-bulan-tahun berlalu. saya seperti melupakan masa-masa SD, setiap kali bertemu kawan SD, saya hanya menjadi pendengar cerita (tak} setia. sehingga saat mereka bertanya tentang yang lain “eh, tau kabar si B gak? si A kemarin tawuran lho!” saya hanya mengangkat bahu, tanda tak tahu (atau tak mau tahu?)

entahlah sifat jelek apa itu namanya, jika saya bilang itu adalah sifat self centered, tak peduli dengan orang lain (yang jauh dari saya).

Saat lulus SMP hal yang sama terulang lagi. blue print sifat jelek itu tercetak lagi, tergambar dengan jelas, apalagi SMA yang saya masuki adalah SMA paling baik di Kota saya. Dikarenakan Sifat jelek (self centered) saya, di SMP saya kurang punya teman (paling-paling hanya teman sekelas, itu pun ter-cover hanya sekitar bangku saya)

saat awal SMA, tiap berangkat ke sekolah, saya pura-pura tidak kenal dengan teman SMP (yang memang kita dulu kami tidak satu kelas), Tapi toh seharusnya saya menyapa).

Belum genap satu tahun, teman SMP saya meminta ada acara reuni dan saya selalu malas untuk mengikuti itu karena saya selalu merasa “Toh, tidak ada yang ingat dengan saya!”

Lulus SMA?!

saya tak punya apa-apa untuk dibanggakan (atau disombongkan?) karena itu saya selalu mengikuti tiap acara pertemuan yang diadakan teman SMA ( sekelas. tentu di lain kelas tak ada yang mengenal saya). saya ikut acara temu itu berharap……………..agar teman-teman (yang hanya) sekelas itu tidak melupakan saya, agar suatu saat kelak bisa membantu saya (yang tak punya apa-apa ini). LICIK kah SAYA?!

namun, hari ini saya bertemu dengan teman-teman itu, mereka tampak jauh di atas saya. seperti biasa, saya hanya menjadi pendengar cerita tentang si A sampai Z. dari satu sampai sejuta. hingga saya tak mampu menangkap apa yang mereka bicarakan. diikuti rasa tak mau tahu saya, saya mencetak blue print lama itu dan berencana takkan bertemu mereka lagi.

karena saya malu tak punya apa-apa. saya malu kalau hanya menjadi benalu.

ah jadi merancu…

mungkin ini adalah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil, keputusan untuk berhenti bermimpi.


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *