なにがあっても、あきらめないで

in

Berakhirnya hari-hari terpanjang di bulan suci

Bulan Ramadhan dari tahun ke tahun rasa excitednya semakin berkurang. Rasanya biasa aja gitu. Mungkin semakin beranjak dewasa, kita semakin bosan dengan hal-hal yang sama. Seperti lelucon yang berulang kali dilemparkan, kadar lucunya jadi semakin berkurang. Bahkan tahun lalu, saat galau-galaunya, waktu terasa sangat cepat. Saking cepatnya, mulut ini gak terasa kering, apalagi lapar. Mungkin juga karena tak ada lagi waktu yang bisa dinikmati tiap detiknya.

Aku merindukan saat-saat ketika masih kecil waktu awal-awal berpuasa, menunggu waktu magrib yang tak kunjung tiba.  Bahkan sekarang, aku hampir meninggalkan kebiasaan lama, membuat es kolak atau cingcau sebelum berbuka, berganti dengan tidak melakukan apa-apa dan minum air putih saja.

Lalu kemudian ada kamu. Kamu yang mengisi ruang-ruang kosong di antara jemariku. Membuat hari demi hari, hingga detik demi detik layak untuk disyukuri. Tiap detik yang kunikmati saat mengetahui masih tetap bersamamu. Di hari-hari tak bertemu kamu,  saat-saat merindukanmu. Tak ayal ketika memasuki bulan suci, hari-pun terasa semakin panjang, hari Senin ke hari Minggu terasa semakin lama. Sebelumnya aku pernah bilang, seminggu rasa sewindu, tapi sekarang dua tahun cahaya. Lebay memang.

Kini, hari-hari panjang itu berakhir, yang nantinya akan kita rindukan. Hari dimana kita berselisih memilih tempat berbuka puasa, yang pada akhirnya kita tidak dapat tempat saking penuh dan ramainya seperti pasar.  Atau kita yang menjaga jarak dan aku yang iseng menggandeng tanganmu. Atau kamu yang manja minta dipeluk.

Semoga kita bertemu lagi dengan hari-hari panjang ini. dan semoga aku tetap selalu sama kamu.


by

Tags:

Comments

One response to “Berakhirnya hari-hari terpanjang di bulan suci”

  1. Kubah Masjid Avatar

    I love Coffee

Leave a Reply to Kubah Masjid Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *