なにがあっても、あきらめないで

in

jalan yang tertutup

saya punya kebiasaan, yang entah baik atau buruk, yaitu suka melewati jalan yang dulunya sering dilewati. Kenapa? karena saya punya kebiasaan (buruk) lainnya, jika udah gak lewat jalan itu, maka saya gak akan pernah lewat situ untuk waktu yang sangat lama.  Contohnya, jalan ke rumah saya dari jalan raya ada dua jalan, pertama lewat gang 1 dan gang 2 (gang ini cuman nama, jalannya ya besar jalanan desa).  saya sering lewat gang 1 dari masih sejak SMP. tapi setelah kuliah karena pake motor saya lewat gang 2. dan selama itu saya jarang lewat gang 1. suatu ketika, saat disuruh belanja di toko gang 1. saya kaget. bangunan-bangunannya banyak yang berubah. bahkan puskesmas juga berubah jadi bertingkat. saya sempat berpikir kalo mungkin aja di perjalanan tadi gak sengaja ngelewati portal-waktu terus kelempar ke masa depan. hahaha.

Karena alasan itulah, saya jadi punya kebiasaan melewati-jalan-yang-dulunya-sering-dilewati, bukan maksud apa-apa sih, cuman kadang jadi ketawa sendiri melihat perubahan yang terjadi, salah satunya saya pernah nulis cerpen di notes fb ini. cerpen tentang cewek yang dulu naksir saya jaman SMP, di akhir cerpen itu, ceritanya saya ketemu lagi di rumahnya. tapi suatu hari (lebih tepatnya 1,5 tahun setelah cerpen itu ditulis) saya iseng deh dengan kebiasaan itu, saya iseng lewat jalan, yang dulunya jadi alternatif kalau pulang sekolah yang kalo dulu lewat situ suka berharap-harap ketemu dia. Tapi saat tepat di depan rumahnya saya liat “RUMAH DIJUAL!” hahahahasyeeemm.

Dan itulah hidup, atau lebih spesifik lagi tentang cinta. Mungkin sebuah kenangan yang kita simpan tak akan lagi sama dengan kenyataan yang sekarang. Dan saat kita membuka kenangan kita dan bertabrakan dengan kenyataan yang sekarang, gak heran kalau tiba-tiba saja kamu menjadi orang yang datang dari masa lalu melewati portal-waktu, seperti yang saya alami di atas. Meskipun radit bilang “cinta itu tidak kadaluarsa”, meski kita dapat kesempatan kedua, tapi tetap saja semua rasa itu tidak akan lagi sama.

alih-alih meng-update-database dalam kepala agar tidak jadi orang dari masalalu, saya jadi suka melewati sebuah jalan. Jalan itu sangat saya hafal tiap bangunan yang berjejer di pinggirnya sejak akhir masa SMP. Tiap beberapa bulan sekali saya iseng lewat sana, menikmati perubahan bangunan yang ada di sisi jalan bahkan aspal jalan itu sendiri sudah berubah berkali-kali. tapi ada satu hal yang tidak berubah bahwa ada debar tiap melewati sebuah rumah yang di depannya ada toko. Dan berharap akan ada cewek di dalam toko sana yang tetap tersenyum dan baik-baik saja, tanpa saya. tapi suatu hari ada debar yang lebih kuat, saat ada tenda biru kecil di depan sana. saya takut kenangan saya bertabrakan dengan kenyataan. meski saat itu ternyata bukan yang saya bayangkan. tapi beberapa bulan kemudian ada tenda biru yang lebih besar dan terjadi sungguh apa yang pernah aku bayangkan.

dan debar saat melewati jalan itu tidak ada lagi. Syukurlah. dan saya masih suka lewat jalan itu. bukan karena apa, tapi di sekitar situ banyak orang jualan makanan enak. heheheh.

Dan itulah hidup, atau lebih spesifik lagi tentang cinta. Mungkin kembali mengingat sebuah kenangan itu terkesan seperti psycho stalker yang berpotensi menjadi serial killer, tapi setelah ingatan saya terupdate, saya jadi menyadari kalo saya terlalu fokus ke rumah dia dengan mengabaikan bangunan lainnya, toko, warung dan penjual gorengan. Dan yang lain-lain itu ternyata lebih penting sekarang ini. Apalagi gerobak cap jay depan depot masakan padang itu. yummy.

Iseng itu tidak ada habis ya? alih-alih mencari penjual mie ayam langganan, saya malah muter-muter kampung saya. Dan kemudian saya melewati jalan yang sudah saya hafal sejak kecil, SD mungkin. Jalan yang sangat sering saya lewati semasa SMA tiap sore. tiap pagi di hari minggu untuk sekedar jogging. dan ada kebiasaan menoleh di semua gang kecil diapit dua rumah. Dari situ lurus terlihat sebuah rumah seorang cewek, yang membuat kisah saya indah dan sekaligus hancur lebur.

gagal menemukan penjual mie ayam, saya terpaksa melewati jalan di depan gang kecil itu, entah secara otomatis saya menoleh. Dan jalan gang itu sekarang tertutup papan yang membuat rumah di belakangnya tak tampak lagi. saya kemudian tersenyum kecil. Saya jadi puas bahwa saya tidak butuh lagi jalan-jalan itu, rumah-rumah itu, karena saat ini saya sudah berada di jalan yang harus saya tempuh. Masih jauh. dan tidak tahu akan menuju kemana. yang jelas saya tetep maju ke depan.

Dan itulah hidup, atau lebih spesifik lagi tentang cinta. Mungkin banyak kesempatan untuk kembali ke belakang. tapi saya cukup melihat saja dengan tetap berjalan maju. Mengandeng tangan kamu. Saya tidak tau sampai kapan dan akan kemana kita berjalan. Yang jelas setiap langkah kita berdua, bahagia.

=========
vachzar 20130511
ps: sebenernya saya gak ngerti inti postingan ini apa. :hammer:

*gambar dari sini


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *