Ibu mengetuk-ngetuk sebutir telur di ujung meja. Ya hanya sebutir saja yang ia punya. Kemudian memecahkan cangkang kulit telur dan membiarkan isinya jatuh diatas sebuah mangkuk kecil. Tak lupa beberapa sendok makan tepung ia masukkan ke dalam mangkuk, agar nanti telur dadarnya jadi lebih lebar.
Matanya hampir menangis saat mengiris bawang dan lombok, namun dengan cepat langsung ia masukkan bahan-bahan itu ke dalam mangkuk diikuti dengan garam dan sedikit penyedap rasa. Dan tentu saya yang terpenting adalah ditambahkan sebongkah rasa cinta ke dalam mangkuk. Lalu dia kocok campur semua yang ada di mangkuk tadi dengan sendok. Dan berarkhir lah ke penggorengan.
Aroma nikmat menghiasi dapur, bau telur telah matang. Ibu tidak langsung menghidangkan telur dadar itu, melainkan menjadikannya kotak persegi-sempurna, dengan cara memotong bagian pinggir-pinggir.
kami; saya, bapak, adek dan kakak, sudah tak sabar untuk menikmati telur dadar buatan ibu. Ia membagi telur dadar kotak itu menjadi empat bagian untuk saya, bapak, adek dan kakak.
Sedangkan ibu? ia lebih memilih memakan sisa-sisa potongan telur dadar tadi. Sambil berkata, ” simpanlah ketidaksempurnaan itu, nikmati saja, dan berikan yang sempurna untuk orang lain semaksimal mungkin”
malam itu meski hanya makan malam telur dadar dan nasi, entah kenapa rasanya nikmat sekali.
——-
vachzar.sda.06.10.11
Leave a Reply