Baru saja menonton episode 1 anime “Kaii to Otome to Kamikakushi” atau judul dalam bahasa Inggrisnya “Mysterious Disappearances”, tiba-tiba tertarik dengan premis episode ini, yang sebenarnya cuma pengenalan karakter bernama Sumeriko dan premis episode ini hanya jadi bagian kecil dari premis anime secara keseluruhan jadi tidak spoiler.
Sumeriko adalah penjaga toko buku medioker yang bercita-cita jadi penulis dan pernah sukses ikut lomba nulis di masa mudanya. Suatu waktu dia kena kutukan berubah jadi bocil, alih-alih sedih, dia malah senang karena otaknya “bekerja” layaknya otak bocah pada umumnya, kepalanya penuh ide-ide cerita, yang sangat jauh berbeda dengan dia di usia menjelang 30 tahun yang buntu ide dan pelupa. Betul, di scene ini, aku mendadak tertohok juga karena seperti yang pernah kutulis di sini, kujuga pernah bercita-cita jadi penulis.
Salah satu alasan mengapa jarang menulis blog adalah sebenarnya aku lebih sering buntu atau terdistraksi, kalau ide sebenarnya banyak, bahkan draft di blog ini lebih banyak dari jumlah tulisan yang tayang dalam 3 tahun terakhir. Aku mencurigai penyebabnya karena memang faktor usia, padahal saat kuliah, aku bisa mengingat banyak hal, sampai-sampai temanku bilang kok bisa masih inget kejadiaan saat SD secara detail. Sementara sekarang, aku bisa-bisanya tak yakin dengan apa yang kuingat, tak heran ketika aku menulis “the proust effect on certain night” arah tujuan tulisan itu sebenarnya berbelok karena banyak hal yang hilang dari ingatan, hhha.
Sama halnya ketika lebaran lalu, aku mengunjungi sanak saudara jauh, Budhe, tapi saking lamanya tidak berkunjung (12 tahun lalu), kami nyasar dan ternyata saudara ini sudah pindah di dekat rumah anaknya. Saat mencari rumah anak Budhe yang juga sudah lama tidak kami kunjungi dan areanya sudah banyak berubah, aku mencoba me-refresh ulang ingatan saat kali terakhir kesana, yang untungnya ingatan fotografis-ku cukup bagus, jadi aku menunjuk suatu tempat bahwa dulu waktu kondangan di acara saudara ini, aku duduk di area tersebut dan benar ternyata rumah saudara ini tepat di sebelah tempat yang kutunjuk.
Namun ingatanku secara menyeluruh tidaklah sebaik itu, semakin lama, ketika mengobrol dengan pasangan kadang ada detail dalam obrolan yang diikuti dengan reaksiku “emang kita pernah kesana?” yang tentunya bikin dia jutek hha. Untungnya aku selalu mencoba untuk tidak berbohong kepada pasangan, alasannya selain emang janjiku kepadanya, adalah kalau berbohong maka harus mengingat “kebohongan” itu selamanya, tapi kalau jujur tidak perlu diingat. 😅
Lupa memang bisa menjadi anugrah, apalagi kalau ada kejadian yang traumatis. Tapi aku terkadang menjadi tidak bisa tidur, karena normalnya kadang kalau mau tidur aku mengingat sesuatu sebagai pengantar menuju terlelap, tapi bayangkan saat memejamkan mata rasanya kosong aja. Hampa.
Ah, andai saja, aku juga terkena kutukan seperti Sumeriko mungkin aku bisa menyalin ingatanku yang dulu-dulu, karena dari tulisan-tulisan blog yang lalu-lalu saja bisa membuatku kaget “loh aku pernah begini ya”
Leave a Reply