なにがあっても、あきらめないで

in

the proust effect on a certain night

Episode pertama serial netflix Hatsukoi dibuka dengan monolog bahwa hidup ini adalah sesuatu yang terbentuk dari keping-kepingan puzzle. Yang kutangkap dari scene itu, bagaimana bisa, dua orang seiring waktu berjalan akan drifting away (menjauh) satu sama lain. Bagaimana bisa, dua orang yang sangat dekat menjadi tidak saling mengenali. Di titik mana kah hal itu terjadi dan kepingan puzzle yang mana hal itu terjadi sampai-sampai kita tidak menyadarinya?

Di scene yang sama itu juga membuatku teringat tentang pengakuan seseorang, bahwa dia sering melewati daerah rumahku dan sesekali berharap kami bertemu atau berpapasan di jalan, tapi tidak pernah terjadi. Yang dia tidak pernah tahu adalah aku melakukan hal yang sama, dan begitu juga, aku pun tak pernah melihatnya saat lewat dekat daerah rumahnya. Bahkan saking seringnya lewat, lama-lama jadi berguman “sialan, aku kok jadi psikopat gini”, yang mungkin kalau kegiatan psikopat ini diteruskan aku bakalan seperti tokoh utama di serial You. Pada akhirnya, setelah pengakuan itu kami kembali drifting away lebih jauh. hhhha. Padahal rumah kami hanya berbeda kecamatan saja. Hal ini membuktikan teori bahwa hidup ini seperti ranting pohon.

Pada suatu waktu, kita mungkin ada di titik yang sama, lalu seiring berjalannya waktu, ranting tumbuh membentuk cabang-cabang baru. Ranting itu adalah pilihan hidup kita, semakin banyak pilihan yang kita ambil, semakin jauh kita dari ranting asal kita, apalagi dari teman-teman yang memilih jalan yang berbeda dengan kita. Tak heran jika reuni menjadi salah satu momok bagi sebagian orang, obrolan sederhana pun terasa tidak lagi satu frekuensi. Obrolan tentang status pekerjaan saat ini bisa terkesan menjadi ajang pamer bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap atau sedang dalam keadaan kurang beruntung, misalnya kena PHK massal mendadak.

Aku masih ingat beberapa bulan setelah lulus dari SMA, banyak teman-teman sekelas yang sudah mulai masuk kampus negeri dan orientasi. Di masa-masa itu juga kami masih sering bertemu karena masih ada urusan di SMA, terutama pengambilan ijazah. Sebagai anak yang memilih untuk tidak kuliah sarjana waktu itu, aku merasa sudah berada di ranting yang tidak lagi sama dengan mereka, sampai-sampai karena minder aku sempat nyeletuk ke salah satu teman “mungkin ini terakhir kali aku bisa ngumpul sama teman-teman”. Lucunya beberapa waktu kemudian aku malah menjadi inisiator (tukang kompor) reuni untuk beberapa tahun berikutnya dan teman yang kucurhati itu malah hampir selalu tidak ikut. Bahkan kalau ada yang disombongin setelah aku tak lagi mengompori teman-teman untuk reuni malah pada akhirnya tak ada lagi reuni kelas SMA. sedih sih.

On a certain night

Judul tulisan ini disandur dari salah satu judul episode serial Hatsukoi, karena tertarik dengan istilah The Proust Effect. Efek Proust mengacu pada mengingat kembali kejadian dari masa lalu melalui rangsangan sensorik. Istilah ini umumnya dipakai untuk orang yang amnesia/lupa ingatan atau sedang ingin mengingat sesuatu hal. Bentuk rangsangan umumnya dari panca indera dam yang paling sering melalui bau dan suara. Inilah kenapa menurut riset banyak orang berapapun usianya cenderung tetap mendengarkan lagu dari masa remajanya sampai usia 20an, karena memang di masa itu lagi puncak-puncaknya hidup terjadi wkwk. Dengan mendengarkan lagu, kenangan-kenangan itu muncul kembali di kepala. Contohnya ketika aku mendengarkan lagu Roulette – Aku Jatuh Cinta, aku bisa terlempar ke masa lalu, bukan ke masa saat jatuh cinta (jika merujuk ke judul lagunya), tapi ke masa SMA, di ruangan kelas ketika jam istirahat. Aku bisa mengingat dengan jelas siapa saja temanku yang ada di ruangan dan dari handphone nokia 6600 siapa lagu ini diputar memakai aplikasi UltraMP3. Sungguh luar biasa efek Proust ini.

Efek Proust juga bisa terjadi ketika melakukan aktivitas yang memaksa otak untuk bekerja, seperti menulis. Menulis bagiku adalah katartis, meskipun beberapa tahun terakhir aku jarang sekali menulis untuk sekadar mengisi blog ini. Lucu juga, ketika mengetik tulisan ini di suatu malam mendadak teringat beberapa bagian tulisan ini bisa ditautkan ke tulisanku yang dulu-dulu. Tulisan tentang seseorang yang membuat pengakuan di paragraf sebelumnya, karena cukup lama, circa 2012, foto yang kupasang di sana tidak muncul karena dulu aku hotlinking dari Facebook. Sialnya, fitur pencarian Facebook sekarang kurang powerfull jadi terpaksa scrolling halaman photos di profil yang bertumpuk beberapa tahun lalu.

Dan boom!

Tiba-tiba saja sebuah ingatan muncul di tahun yang sama, tentang dia yang menelpon di suatu siang saat jam istirahat kerja, dengan nada protes karena ketika lelakinya memakai akun FB-nya untuk main game mendapati di timeline fotoku sedang berada di sebuah event jejepangan, bukannya lanjut main game, lelakinya malah tertarik lanjut scrolling album fotoku yang lain dan menemukan foto yang kupasang di tulisan lama itu, foto istrinya. hhhha.

Ingatan itu tidak langsung membantuku untuk menemukan foto yang kumaksud, karena meskipun otak memiliki time cell untuk menyimpan ingatan secara kronologis, tapi otak lebih cepat memberi respon karena efek Proust. Tak heran ketika scrolling justru banyak ingatan yang seharusnya tidak perlu malah muncul mengganggu. Foto event jejepangan menjadi titik awal yang harus kutemukan ketika scrolling, yang tidak kusadari adalah ternyata jarak foto event dengan foto yang kumaksud ternyata jauh sekali, alias that poor guy iseng banget juga.

Setelah scrolling hingga beberapa foto event Jejepangan muncul foto-foto idol dan aku jadi teringat alasan ikut jejepangan ya karena dulu pernah jadi wota. Fotoku saat berada di depan theater JKT48 melempar sebuah ingatan, lah iya anjiirrr alasanku secara random pergi ke Jakarta di suatu akhir pekan ya gara-gara merasa sudah tidak tahu lagi dengan hidup ini, karena ditinggal cinta pertama menikah dan mantan yang lain sudah menemukan pacar. Jadi foto yang kucari seharusnya ya sebelum masa-masa kegelapan berkilau itu. hhhha.

Penutup

Tulisan ini dibuat setelah acara ngopi dengan teman masa kecil, masa di mana kami berlagak seperti tim sepakbola Nankatsu dari anime Captain Tsubasa tapi kenyataannya selalu kalah dengan anak kampung sebelah. Menyebut acara ngopi sebuah reuni sebenarnya berlebihan karena kami masih berada di satu daerah yang sama tapi karena kesibukan masing-masing dan circle yang sudah berbeda, kemungkinan untuk bertemu jika tidak direncanakan pun menjadi sulit. Mungkin memang kami sudah berada di ranting pohon yang berbeda dan sesekali ketika sang pohon diterpa angin, ranting yang berbeda bisa bertemu satu sama lain. Tanpa perlu mencoba untuk menjelaskan posisi masing-masing, kami sudah paham akan ada pertanyaan, bagaimana bisa kami di masa kecil dipertemukan dengan cita-cita remeh seperti menjadi tim (sepakbola kampung) yang tangguh, namun ketika dewasa punya jalan yang berbeda satu sama lain, ada yang menjadi dosen, ada yang guru, ada yang pegawai dan ada juga yang menjadi penjual mie ayam.

Sesi ngopi berkedok reuni ini memang cukup memberi efek Proust apalagi ketika bercerita tentang masa kecil, tentang gebetan waktu SD, tentang kenakalan saat mengaji dan tentang bagaimana nasib orang-orang yang kami kenal dulu sekarang.

Sebaik apapun mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle dengan mengingat hal yang sudah berlalu tetap saja sulit menemukan titik di mana hidup ini berubah arah menuju posisi yang sekarang, seperti seorang wota yang kemudian menjadi abdi negara.

Sebaik apapun aku menyimpan kenangan dengan menulis ataupun menyimpan foto, tetap saja waktu akan mengikis ingatan dari kepala dan tetap membutuhkan waktu lama untuk menemukannya, sekalipun memakai efek Proust.

Sebaik apapun aku menjaga ingatanku, tidak akan mengubah apapun saat ini dan masa depan. Pun juga tidak membuat hidup semakin mudah. Bahkan kebingungan ketika patah hati ditinggal menikah tidak ada apa-apanya dengan beban saat ini.

Yang bisa diubah hanyalah masa depan dan bagaimanapun hidup akan selalu berubah, sehati-hati apapun untuk berada di jalur yang diharapkan.


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *